Thursday, December 4, 2014

Seminar Sehari Kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan dalam menghadapi EMERGING PARASITIC DISEASES

I. LATAR BELAKANG
Saat ini masyarakat dunia menghadapi peningkatan ancaman penyakitpenyakit infeksius yang bersumber pada hewan sebagai dampak kerusakan lingkungan,pemanasan global, urbanisasi yang progresif, dan perdagangan global. Pemicu paling umum terhadap munculnya penyakit baru adalah perubahan penggunaan lahan, pertanian, demografi dan sosial. Sebesar 75% penyakitpenyakit infeksius pada manusia dalam 20 tahun terakhir ini disebabkan oleh agen patogen pada hewan yang menginfeksi, dan  menginfestasi  manusia, sehingga dikategorikan sebagai zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Infestasi adalah penyusupan organisme parasit ke dalam tubuh sehingga mereka berkembang biak dalam jumlah yang besar dan merugikan kesehatan individu dan masyarakat.
Zoonosis parastik yang banyak terjadi di Indonesia salah satunya Toksoplasmosis, untuk Ensefalitis Toksoplasmosis merupakan manifestasi utama pada penderita HIV-AIDS.Toxoplasma gondii merupakan parasit intraseluler yang menyebabkan infeksi asimptomatik pada manusia sehat. Pada penderita HIV-AIDS terjadinya ensefalitis toksoplasmosis lebih sering disebabkan reaktivasi dari infeksi laten yang sudah ada sebelumnya dibanding infeksi yang baru didapat. Diagnosis ensefalitis toksoplasmosis didasarkan pada gambaran klinis neurologis, pemeriksaan neuroimaging, serologis dan biopsi. Diagnosis pasti ditegakkan melalui biopsi otak. Biopsi terutama dianjurkan untuk kasus-kasus dengan pemeriksaan imajing yang tidak jelas atau pada keadaan terapi presumtif yang menunjukkan kegagalan. Penatalaksanaan ensefalitis toksoplasmosis pada penderita HIV-AIDS adalah pemberian anti toksoplasmosis dan sebagai terapi standar adalah pirimetamin dan sulfadiazin.
Isu lain penyakit tular vektor yang menjadi masalah di Indonesia dan khususnya DKI Jakarta adalah Demam Berdarah Dengue DBD saat ini penting untuk waspada dan siap siaga karena musim hujan telah tiba biasanya DBD mengalami peningkatan karena kepadatan jentik dan nyamuk yang membawa virus dengue. DBD adalah penyakit infeksi akut yang ditandai dengan demam mendadak dan adanya perdarahan apabila tidak segera mendapatkan penanganan yang memadai dapat berakibat fatal apalagi saat ini infeksi DBD tidak hanya DBD saja tapi dapat diikuti penyakit lain seperti Typhoid, Leptospirosis, Hepatitis, dll dan tentunya ini memerlukan  tatalaksana khusus.
Isu lain yang kini sedang hangat dibicarakan di dunia dan di Indonesia yang menjadi ancaman kesehatan  adalah Ebola, WHO menyatakan jumlah korban terjangkit Ebola kini telah menyentuh angka 9.936 jiwa di Afrika Barat. Sebagian besar para korban berasal dari negara Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Sebanyak 4.877 orang lainnya pun dinyatakan telah tewas akibat virus mematikan ini ( Case fatality rate/keganasan penyakit 49%). Laporan disampaikan setelah Palang Merah mengatakan membutuhkan waktu empat bulan untuk menghentikan penyebaran Ebola. Namun, hal ini dapat dilakukan jika semua langkah diambil.  Untuk menghentikan epidemik dalam waktu empat hingga enam bulan, jika responsnya sesuai, apabila penanganan dan pengendaliannya tidak sesuai dapat merugikan ekonomi, keamanan bahkan dapat diisolasi negara yang terjangkit Ebola tersebut. Situasi Ebola  di Indonesia sampai saat ini belum ditemukan penderita positif Ebola baik pasien yang dirawat di RS Adam Malik, Medan, Sumatera; RS Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, DKI Jakarta; RS. Soedono, Kota Madiun,  dan RS.Umum Pare, Kediri, Provinsi Jawa Timur. Diagnosis yang ditegakkan kepada pasien tersebut adalah Malaria, dan Demam Berdarah Dengue yang termasuk diagnosis deferensial ebola. Satu pasien meninggal dengan malaria cerebral (RS Adam Malik) sebagai penyebabnya.
Dalam rangka Dies Natalis Universitas Trisakti ke-49 tahun 2014 dan implementasi kinerja Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasitik Indonesia (P4I) cabang DKI Jakarta, bekerja sama melaksanakan seminar sehari ini yang diharapkan bermanfaat untuk para klinisi, mahasiswa kedokteran, petugas kesehatan dalam meningkatkan pemahaman tentang determinan dan tatalaksana penyakit infeksius, permasalahan dan solusinya, serta rekomendasinya yang akan diberikan kepada pemangku kebijakan dan program merupakan output sangat diharapkan pada seminar ini dalam rangka untuk kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan para klinisi dan petugas kesehatan lainnya. 

II. TUJUAN SEMINAR
1.    Tujuan Umum
Meningkatan pemahaman tentang kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan dalam menghadapi emerging parasit  diseases potensial wabah
2.    Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pemahaman tentang tatalaksana penyakit toxoplasmosis pada pasien HIV-AIDS.
b. Meningkatkan pemahaman tentang bahan makanan yang dapat menyebabkan penyakit Toxoplasmosis.
c. Meningkatkan pemahaman tentang tatalaksana DBD, dan DBD dengan co morbidity penyerta lainnya rumah sakit.
d.  Meningkatkan pemahaman tentang diagnosa, diagnosa banding serta tatalaksana ebola

III. WAKTU DAN TEMPAT
Hari/tanggal          : Sabtu, 13 Desember 2014
Jam                        : 08.00 – 13.00 WIB
Tempat                  : Auditorium Kampus B Lt.2 Fakultas Kedokteran Universitas
  Trisakti Jl.Kyai Tapa No.260 Grogol, Jakarta Barat.

Biaya:
1. Umum              Rp. 100.000,-
2. Mahasiswa     Rp.  50.000,-

Paling lambat tanggal 10 Desember 2014/sudah mencapai peserta 200 orang.
Pembayaran/transfer melalui Bank BNI cabang Kampus B USAKTI Jakarta Barat.
Atas nama: KOPKAR FK USAKTI, No.rek: 026 7354 003

Bukti pembayaran/transfer harap di kirim ke email:
yuniarti.setyowati75@gmail.com

Terakreditasi IDI Jakarta Barat
CONTACT PERSON
Yuniarti,  S.Kom
Hp: 08164848651
Email: yuniarti.setyowati75@gmail.com

0 comments:

Post a Comment