I. LATAR BELAKANG
Saat ini masyarakat dunia menghadapi peningkatan ancaman penyakit‐penyakit infeksius yang
bersumber pada hewan sebagai dampak kerusakan lingkungan,pemanasan
global, urbanisasi yang progresif, dan perdagangan global. Pemicu paling
umum terhadap munculnya penyakit baru adalah perubahan penggunaan
lahan, pertanian, demografi dan sosial. Sebesar 75% penyakit‐penyakit infeksius pada manusia dalam 20 tahun terakhir ini disebabkan oleh agen patogen pada hewan yang menginfeksi, dan menginfestasi manusia,
sehingga dikategorikan sebagai zoonosis atau penyakit yang ditularkan
dari hewan ke manusia. Infestasi adalah penyusupan organisme parasit ke
dalam tubuh sehingga mereka berkembang biak dalam jumlah yang besar dan
merugikan kesehatan individu dan masyarakat.
Zoonosis
parastik yang banyak terjadi di Indonesia salah satunya Toksoplasmosis,
untuk Ensefalitis Toksoplasmosis merupakan manifestasi utama pada
penderita HIV-AIDS.Toxoplasma gondii merupakan parasit intraseluler yang
menyebabkan infeksi asimptomatik pada manusia sehat. Pada penderita
HIV-AIDS terjadinya ensefalitis toksoplasmosis lebih sering disebabkan
reaktivasi dari infeksi laten yang sudah ada sebelumnya dibanding
infeksi yang baru didapat. Diagnosis ensefalitis toksoplasmosis
didasarkan pada gambaran klinis neurologis, pemeriksaan neuroimaging,
serologis dan biopsi. Diagnosis pasti ditegakkan melalui biopsi otak.
Biopsi terutama dianjurkan untuk kasus-kasus dengan pemeriksaan imajing
yang tidak jelas atau pada keadaan terapi presumtif yang menunjukkan
kegagalan. Penatalaksanaan ensefalitis toksoplasmosis pada penderita
HIV-AIDS adalah pemberian anti toksoplasmosis dan sebagai terapi standar
adalah pirimetamin dan sulfadiazin.
Isu
lain penyakit tular vektor yang menjadi masalah di Indonesia dan
khususnya DKI Jakarta adalah Demam Berdarah Dengue DBD saat ini penting
untuk waspada dan siap siaga karena musim hujan telah tiba biasanya DBD
mengalami peningkatan karena kepadatan jentik dan nyamuk yang membawa
virus dengue. DBD adalah penyakit infeksi akut yang ditandai dengan
demam mendadak dan adanya perdarahan apabila tidak segera mendapatkan
penanganan yang memadai dapat berakibat fatal apalagi saat ini infeksi
DBD tidak hanya DBD saja tapi dapat diikuti penyakit lain seperti
Typhoid, Leptospirosis, Hepatitis, dll dan tentunya ini memerlukan tatalaksana khusus.
Isu lain yang kini sedang hangat dibicarakan di dunia dan di Indonesia yang menjadi ancaman kesehatan adalah
Ebola, WHO menyatakan jumlah korban terjangkit Ebola kini telah
menyentuh angka 9.936 jiwa di Afrika Barat. Sebagian besar para korban
berasal dari negara Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Sebanyak 4.877
orang lainnya pun dinyatakan telah tewas akibat virus mematikan ini ( Case fatality rate/keganasan penyakit
49%). Laporan disampaikan setelah Palang Merah mengatakan membutuhkan
waktu empat bulan untuk menghentikan penyebaran Ebola. Namun, hal ini
dapat dilakukan jika semua langkah diambil. Untuk menghentikan epidemik
dalam waktu empat hingga enam bulan, jika responsnya sesuai, apabila
penanganan dan pengendaliannya tidak sesuai dapat merugikan ekonomi,
keamanan bahkan dapat diisolasi negara yang terjangkit Ebola tersebut.
Situasi Ebola di Indonesia sampai saat ini belum ditemukan
penderita positif Ebola baik pasien yang dirawat di RS Adam Malik,
Medan, Sumatera; RS Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, DKI Jakarta; RS.
Soedono, Kota Madiun, dan RS.Umum Pare, Kediri, Provinsi
Jawa Timur. Diagnosis yang ditegakkan kepada pasien tersebut adalah
Malaria, dan Demam Berdarah Dengue yang termasuk diagnosis deferensial ebola. Satu pasien meninggal dengan malaria cerebral (RS Adam Malik) sebagai penyebabnya.
Dalam rangka Dies Natalis Universitas Trisakti ke-49 tahun 2014 dan implementasi kinerja Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasitik Indonesia (P4I) cabang DKI Jakarta, bekerja sama melaksanakan seminar
sehari ini yang diharapkan bermanfaat untuk para klinisi, mahasiswa
kedokteran, petugas kesehatan dalam meningkatkan pemahaman tentang
determinan dan tatalaksana penyakit infeksius, permasalahan dan
solusinya, serta rekomendasinya yang akan diberikan kepada pemangku
kebijakan dan program merupakan output sangat diharapkan pada
seminar ini dalam rangka untuk kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan para
klinisi dan petugas kesehatan lainnya.
II. TUJUAN SEMINAR
1. Tujuan Umum
Meningkatan pemahaman tentang kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan dalam menghadapi emerging parasit diseases potensial wabah
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pemahaman tentang tatalaksana penyakit toxoplasmosis pada pasien HIV-AIDS.
b. Meningkatkan pemahaman tentang bahan makanan yang dapat menyebabkan penyakit Toxoplasmosis.
c. Meningkatkan pemahaman tentang tatalaksana DBD, dan DBD dengan co morbidity penyerta lainnya rumah sakit.
d. Meningkatkan pemahaman tentang diagnosa, diagnosa banding serta tatalaksana ebola
III. WAKTU DAN TEMPAT
Hari/tanggal : Sabtu, 13 Desember 2014
Jam : 08.00 – 13.00 WIB
Tempat : Auditorium Kampus B Lt.2 Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti Jl.Kyai Tapa No.260 Grogol, Jakarta Barat.
Biaya:
1. Umum Rp. 100.000,-
2. Mahasiswa Rp. 50.000,-
Paling lambat tanggal 10 Desember 2014/sudah mencapai peserta 200 orang.
Pembayaran/transfer melalui Bank BNI cabang Kampus B USAKTI Jakarta Barat.
Atas nama: KOPKAR FK USAKTI, No.rek: 026 7354 003
Bukti pembayaran/transfer harap di kirim ke email:
yuniarti.setyowati75@gmail.com
1. Umum Rp. 100.000,-
2. Mahasiswa Rp. 50.000,-
Paling lambat tanggal 10 Desember 2014/sudah mencapai peserta 200 orang.
Pembayaran/transfer melalui Bank BNI cabang Kampus B USAKTI Jakarta Barat.
Atas nama: KOPKAR FK USAKTI, No.rek: 026 7354 003
Bukti pembayaran/transfer harap di kirim ke email:
yuniarti.setyowati75@gmail.com
Terakreditasi IDI Jakarta Barat
CONTACT PERSON
Yuniarti, S.Kom
Hp: 08164848651
Email: yuniarti.setyowati75@gmail.com